Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia saat ini cenderung stabil bahkan berkembang di tengah krisis global. Namun banyak tantangan global yang harus dihadapi Indonesia untuk menuju negara maju. Salah satu tantangan tersebut yaitu ASEAN Economic Community (AEC) 2015. AEC adalah bentuk kerjasama ekonomi regional asia yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015 tepatnya bulan Desember. Tujuan utama AEC adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi pada arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. AEC 2015 akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Tantangan tentu saja tidak bisa dihadapi tanpa adanya persiapan dan kekuatan yang matang dari seluruh sektor yang dipengaruhi kebebasan perdagangan yang ada saat ini.
Tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mendapatkan keuntungan dari AEC 2015 adalah meningkatkan daya saing. Salah satu jantung perekonomian Indonesia adalah sektor pertanian. Peningkatan keunggulan berdasarkan perbandingan di sektor integrasi, antara lain adalah pembangunan pertanian perlu terus dilakukan, mengingat bahwa luas daratan yang dimiliki Indonesia lebih besar dan tingkat konsumsi yang tinggi terhadap hasil pertanian. Salah satu tindakan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan AEC 2015 melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perpres tersebut mengatur mengenai:
- Investasi asing diperbolehkan hingga 49% untuk usaha budidaya tanaman pangan seluas lebih dari 25 hektar.
- Investasi asing diperbolehkan hingga 95% untuk usaha perkebunan dalam hal perbenihan bagi usaha seluas lebih dari 25 hektar.
- Investasi asing diperbolehkan hingga 30% untuk usaha perbenihan dan budidaya hortikultura.
Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa kekayaan sumberdaya lokal dari berbagai sektor baik pertanian, perikanan, kelautan maupun kehutanan. Sumberdaya pangan lokal dipandang perlu dioptimalkan untuk mencapai kemandirian pangan dan percepatan perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu, optimalisasi sumber daya lokal melalui penganekaragaman pangan menuju kemandirian pangan dan perbaikan gizi masyarakat akan dijadikan sebagai tema peringatan HPS tahun ini. Upaya optimalisasi sumber daya lokal tersebut sekaligus sebagai salah satu langkah menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Sektor pertanian mencakup bidang budidaya tanaman atau bercocok tanam serta peternakan. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. peternakan saat ini belum menjadi bidang agrobisnis yang intensif ditekuni oleh peternak di Indonesia. Peternak masih memposisikan bisnis peternakan ini sebagai tabungan saja. Padahal, bisnis dan peluang usaha peternakan masih terbuka dan cukup menjanjikan. Kebutuhan daging baik unggas maupun sapi di Indonesia semakin lama akan semakin meningkat. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250 juta orang sehingga kondisi tersebut dapat menjadi kerawanan jika tidak diantisipasi. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk berarti jumlah permintaan akan kebutuhan daging juga tinggi. Apalagi jumlah produksi daging sapi di dalam negeri masih belum bisa menutupi jumlah kebutuhan masyarakat akan konsumsi daging, hingga akhirnya terjadi defisit yang kemudian pemerintah melakukan impor daging sapi dari negeri tetangga.
Pertumbuhan penduduk Indonesia sangat pesat, artinya semakin tinggi juga persaingan bisnis akhir-akhir ini. Apalagi Indonesia pada tahun 2015 memasuki pasar persaingan bebas (AFTA) yang apabila kita tidak bisa berbuat sesuatu maka kita akan di libas oleh negara-negara lain dalam berbisnis.Oleh karena itu, bisnis perdagangan Indonesia harus ditingkatkan terutama dalam bahasan kali ini adalah mengenai sektor peternakan.
Selain persoalan SDM, infrastruktur juga masih menjadi kendala. Mahalnya ongkos angkut sapi dari NTT maupun NTB ke pulau jawa ternyata masih lebih mahal jika dibandingkan biaya angkut dari Darwin, Australia. “Negara luar seperti Australia ingin selalu Indonesia menjadi pasar. Maka kita tempatkan program swasembada daging ini pada prioritas kelima agar ketahanan pangan Indonesia tetap terjaga,”tambah Suswono. Beberapa program yang telah digalakkan pemerintah selain swasembada daging, yaitu diversifikasi pangan, memberi nilai tambah pada ekspor daging, serta meningkatkan kesejahteraan para peternak. Peran SDM peternakan, kata Suswono, sangat penting untuk meningkatkan produksi daging ternak di Indonesia. (Rizka/Galusia Edisi XXX)