AEC 2015? Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata “AEC 2015”? AEC adalah kepanjangan dari ASEAN Economic Community, yaitu suatu progam dari ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) yang memberikan keleluasaan bagi masyarakat ASEAN untuk saling bertukar informasi dan IPTEKS. AEC 2015 merupakan isu yang sedang gencar dibicarakan oleh masyarakat ASEAN, tak terkecuali bagi masyarakat dunia. AEC seringkali disebut dengan pasar bebas se-ASEAN, jadi semua masyarakat ASEAN bebas masuk ke negara ASEAN yang bukan negara asalnya dengan tujuan mengenyam pendidikan, pekerjaan maupun dalam hal perindustrian.
AEC 2015 bisa mendatangkan keuntungan tetapi juga bisa menyebabkan kerugian bagi Indonesia, tergantung dari cara kita menghadapinya. Segala elemen pemerintah yang tersangkut dalam AEC akan melakukan inovasi-inovasi dalam waktu cepat atau lambat agar memperoleh keuntungan yang maksimal dalam penyelenggaraan AEC 2015. Salah satunya adalah mengamati kesiapan fresh graduated (sarjana baru) di Universitas paling tua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Salah satunya adalah fresh graduated dari Fakultas Hukum (FH) UGM, Fahmi K.Nashiruddin angkatan 2009 yang baru saja mengikuti wisuda periode I, November 2014. “Aslinya ada keuntungan dan tidaknya”. Fresh graduated asli Purwokerto itu menambahkan, “Sekarang SDM di Indonesia itu belum siap, belum bisa. Indonesia malah semakin dikuasai”. Selain Fahmi, ada juga fresh graduated dari Fakultas Peternakan UGM, Fitrianingrum Kurniasari angkatan 2010. “AEC itu bisa merugikan juga menguntungkan buat Indonesia, dengan kata lain AEC merupakan tantangan bagi perkembangan perekonomian Indonesia.” Tukas Nia.
AEC 2015 akan menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk fresh graduated yang ada di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memacu calon fresh graduated maupun fresh graduated untuk semakin berkeinginan belajar ke luar negeri agar tidak canggung dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin cepat, khususnya AEC 2015 dalam waktu dekat ini. “Keinginan untuk sekolah di luar negeri itu ada, nah tanpa AEC sebenarnya bisa. Program ini tantangan globalisasi bagi kita, tetapi Indonesia masih belum siap, nanti yang ada Indonesia malah dikuasai”, tambah Fahmi. Semua orang berkeinginan agar bisa sekolah di luar negeri untuk meningkatkan daya saing di kancah dunia, termasuk Nia. “Saya sangat tertarik belajar di luar negeri, karena selain dapat berbagi dan belajar ilmu baru juga dapat belajar tentang lingkungan baru, punya teman-teman baru di negara asing dan yang paling penting kita dapat pengalaman yang berharga.”
AEC 2015 bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan ASEAN secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk ASEAN (AEC, 2015). Tujuan-tujuan tersebut sangatlah baik untuk keberlangsungan ASEAN dalam mengambil kebijakan-kebijakan dan ikut berperan di dalam pentas dunia. Hal itu harus sejalan dengan kesiapan negara-negara di ASEAN dalam menjalankan progam AEC tersebut, termasuk Indonesia. Suatu gebrakan perubahan perlu dilakukan agar Indonesia tidak menjadi negara boneka yang bisa dimanfaatkan oleh negara manapun. “Pembenahan khususnya dibidang industri dengan meningkatkan daya saing di bidang industri, menguatkan struktur dan iklim industri.” Jelas Nia. Gebrakan tersebut bisa dimulai dari hal kecil yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, khususnya generasi muda. Semua ini bertujuan agar sumber kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat terolah dengan baik tanpa adanya campur tangan dari pihak asing, sehingga kedepannya dapat mewujudkan mimpi Indonesia menjadi negara maju dan mandiri. Jika Indonesia tidak siap dan tidak cepat berbuat untuk menghadapi AEC 2015 ini, yang ada Indonesia malah semakin dikuasai oleh negara-negara yang siap lebih dulu dalam menghadapi arus globalisasi yang cepat ini, khususnya AEC 2015. Siapkah Kita? (Nirmala/Galusia Edisi XXX)